Olimpiade 2024 ditandai Indonesia dengan dua raihan emas. Kini, fokus kontingen Merah-Putih harus dialihkan ke Los Angeles 2028. Ambisi Indonesia untuk mewujudkan ‘American Dream’ harus dimulai dari sekarang.
Istilah American Dream muncul dalam buku ‘Epic of America’ pada tahun 1931. Istilah itu biasa menjadi inspirasi para imigran yang mengadu nasib di negeri Paman Sam untuk meraih kesuksesan.
Mimpi besar sudah diungkap Indonesia menatap Olimpiade 2024. Chef de Mission Indonesia di Olimpiade Paris, Anindya Bakrie, sudah sering mengungkap keinginan untuk masuk 20 besar klasemen medali Olimpiade. Hal itu sejalan dengan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang dicanangkan oleh Pemerintah.
Dimulai pada 2021, tujuan akhir DBON adalah untuk menembus posisi lima besar pada Olimpiade 2044. Butuh banyak usaha untuk mewujudkan ambisi Indonesia yang tertuang dalam DBON itu. Tapi, apakah mimpi itu realistis?
Olimpiade 2024 Memang Raih Dua Emas, tapi…
Baca juga: Di Istana Negara, Rizki Tegaskan Tekad Raih Emas Lagi di LA 2028! |
Dua emas sukses diraih oleh kontingen Indonesia di Olimpiade 2024. Veddriq Leonardo (panjat tebing speed putra) dan Rizki Juniansyah (angkat besi kelas 73 kilogram putra) menjadi penyumbang emas untuk Indonesia.
Ada satu medali lagi yang diraih Indonesia di Olimpiade 2024. Cabor bulutangkis mampu menyabet perunggu nomor tunggal putri atas nama Gregoria Mariska Tunjung.
Raihan itu meleset dari yang ditargetkan pada kontingen Indonesia di Olimpiade 2024. Indonesia diharapkan bisa menembus posisi 30 besar, nyatanya finis di posisi ke-39.
Pencapaian dua emas ini memang menyamai prestasi terbaik Indonsia di Olimpiade yang didapat saat Olimpiade 1992 di Barcelona. Kala itu, Indonesia meraih dua emas dari cabor bulutangkis, atas nama Susy Susanti dan Alan Budikusuma. Sementara ini, dua emas dalam satu gelaran Olimpiade masih menjadi prestasi terbaik Indonesia.
Untuk bisa menembus posisi 20 besar klasemen medali Olimpiade, Indonesia harus meraih empat medali emas. Brasil, kontingen yang ada di posisi ke-20, meraih tiga emas, tujuh perak, dan 10 perunggu.
“Ini tentu menjadi bahan untuk menjadi evaluasi. Karena melihat dari kesiapan kontingen Indonesia, pada awalnya bisa meraih target meraih posisi 30 dunia dengan asumsi meraih minimal dua medali emas,” kata Djoko Pekik Irianto, Guru Besar FIK UNY Yogyakarta, saat berbincang dengan detikSport, Kamis (15/8/2024), via Whatsapp.
“Tentu kita apresiasi kontingen Indonesia yang menorehkan prestasi lumayan baik. Kenapa saya katakan lumayan baik karena ada peningkatan jumlah medali emas, dari sebelumnya-sebelumnya hanya satu medali emas kecuali pada saat 1992 Barcelona kita mendapat medali emas pertama dari bulutangkis,” kata dia menambahkan.
Baca juga: Momen Jokowi Beri Bonus Rp 6 M untuk Veddriq Leonardo-Rizki Juniansyah |